X-Steel - Link Select 2

Pembimbing dan Peserta LKS 28-29 Februari 2020

Penutupan LKS di SMKN 29 Jakarta.

Pembimbing dan Peserta LKS 27-28 Februari 2019

Foto Bersama di SMKN 4 Jakarta.

Pembimbing LKS

Foto Bersama di SMKN 4 Jakarta.

Lomba LKS Elektronika Aplikasi 2015 @ Panasonic Gobel

Foto bersama juri dan peserta LKS dari SMKN 53 Jakarta.

Pengarahan dari juri LKS DKI 2015

Pengarahan yang diberikan oleh juri selama LKS berlangsung.

Prototype Design Project

Project yang dilakukan dengan merakit komponen yang ada menjadi contoh yang ada.

Fault Finding, Repair and measurement Project

Project untuk mencari kerusakan dan kesalahan serta melakukan pengukurannya.

Reverse Enginering Project

Project membuat sebuah skema dari sebuah peralatan elaktronika.

Pentingnya waktu sholat

Sholat Subuh, Dzuhur, dan Ashar.

Pentingnya waktu sholat

Sholat Magrib, Isya, dan Tahajud.

LKS 2016

Foto bersama pada LKS tahun 2016.

LKS 2018

Brefing sebelum lomba.

Friday, 29 April 2011

Software for Elka

Dibawah ini software yg bs dipergunakan untuk:
1. Skema digital
2. Pcb design
3. Layout pcb
Tutorial

4. Skema & Layout
Tutorial

5. Layout Eagle
Tutorial

Thursday, 21 April 2011

Tugas Merangkum Artikel for 25 april 2011 ( 2 Elka )

Buat Rangkuman artikel Tentang Microfon dibawah ini :

Mikrofon


Mikrofon berfungsi untuk merubah suara menjadi energi listrik. Ada beberapa jenis dari mikrofon yang di kelompokkan menurut bentuk sensitivitas suara (omnidireksional, cardioid, bedil, dsb.), dan ditentukan oleh cara untuk merubah suara menjadi listrik. Seperti halnya instrumen musik, jenis dan model mikrofon yang berbeda mempunyai ciri-ciri yang berbeda pula.

Untuk pengumuman di studio, umumnya stasiun radio mempergunakan mikrofon “cardioid” yang mempunyai kepekaan terbatas pada lingkup ruang yang ada di depan mikrofon dalam jarak dekat. Sehingga membuatnya tidak peka terhadap suara-suara dibagian lain studio. Kepala mikrofon macam ini sering dibungkus dengan plastik busa (foam) untuk mengurangi suara letupan pada huruf “p” serta bunyi desis pada huruf “s”, dan sebagainya.

Mikrofon direksional sangat peka terhadap volume udara berbentuk contong (cone). Lebar contong ini menentukan arah penerimaannya. Mikrofon jenis ini dipakai di studio untuk keperluan wawancara dan diskusi panel. Apabila mikrofon semacam ini cukup kuat maka kita dapat memakainya diluar studio dan sifat direksionalnya akan membantu mengurangi kebisingan dari lingkungan sekitarnya. Pada jarak dekat mikrofon seperti ini umumnya sangat peka terhadap suara-suara dengan frekwensi rendah. Banyak penyiar yang memanfaatkan kelebihan mikrofon ini untuk membuat suara mereka terdengar lebih dalam dan lebih akrab.

Mikrofon jenis profesional bervariasi harganya dari ratusan dollar sampai ribuan dollar. Jenis yang mahal umumnya jenis “condenser” yang menangkap dan menghasilkan suara-suara rinci dengan baik sehingga sering dipakai untuk merekam musik-musik klasik. Jenis Mikrofon macam ini yang sangat dihargai adalah buatan Neumann dan AKG. AKG model C414B saat ini merupakan model kesayangan di stasiun-stasiun radio Amerika. Sebuah tombol dibagian bawahnya dapat mengatur penangkapan untuk 4 jenis pola reaksi ruangan yang berbeda: cardioid, hypercardioid, direksional dan direksional ganda.
Masalah dengan mikrofon kondenser adalah harganya yang mahal dan konsumsi tenaga listriknya yang cukup tinggi. Tenaga listriknya berasal dari batrei yang ada di dalam mikrofon (yang harus diganti setelah dipakai beberapa ratus jam), atau dari sumber listrik eksternal (sampai 48 V, yang biasanya disalurkan lewat kabel mikrofon).
Beberapa jenis mixer memang sudah dirancang untuk menyediakan “tenaga phantom” yang diperlukan oleh mikrofon kondenser ini. Akan tetapi beberapa jenis mikrofon kondenser buatan Eropa memakai sistem berbeda yang disebut tenaga “A-B” atau “T” yang tidak kompatibel dengan tenaga phantom. Apabila kita bermaksud menggunakan mikrofon kondensor pertama kali harus kita ketahui jenis daya/tenaga yang dipakainya. Kemudian kita harus berkonsultasi dengan pemasok konsol mixer kita untuk mengetahui apakai daya jenis itu dapat disediakan oleh mixer kita atau bisa diadakan secara opsional dan berapa harganya.

Mikrofon dinamis berharga lebih murah dan tidak membutuhkan tenaga listrik: energi suara sudah mencukupi untuk menggerakkan outputnya. Mikrofon jenis ini tidaklah sepeka mikrofon kondenser, akan tetapi pemeliharaan mikrofon jenis ini lebih mudah dan cukup memadai untuk pembicaraan. Merek-merek yang terkenal untuk mikrofon jenis ini di stasiun-stasiun radio Amerika meliputi: AKG, Electro-Voice, Sennheiser dan Shure. Mikrofon dinamis Electro Voice tipe RE 20 merupakan jenis yang paling banyak dipakai. Model MD421 juga merupakan jenis yang sangat dihargai.
Ketika kita mengumpulkan berita di luar studio maka beberapa jenis suara di lingkungan tempat wawancara kita diperlukan untuk memberikan kesan keaslian dan keberadaan kita ditempat tersebut. Untuk tujuan tersebut beberapa jurnalis menggunakanmikrofon direksional, direksional ganda atau omnidireksional, karena mikrofon jenis ini tidak mengisolir suara pembicara seperti halnya mikrofon cardioid. Mikrofon bentuk bedil (shotgun) dirancang untuk mengambil suara jarak jauh. Beberapa mikrofon lapangan mempunyai tombol dipegangannya atau dilengkapi dengan beberapa kapsul untuk merubah tangkapan ruangnya.
Mikrofon lapangan harus kuat untuk dibawa kemana-mana bahkan tidak rusak kalau jatuh. Mikrofon Beyer model 58 diakui oleh banyak orang sebagai mikrofon pegangan omnidireksional yang mempunyai hasil suara paling baik. Mikrofon Electro-Voice model RE50, 635A dan DO56 juga merupakan tipe yang populer. Jenis-jenis ini mudah dibawa dan bebas gangguan suara angin dan tidak mudah rusak.
Mikrofon dirancang untuk mengumpulkan dan menyiarkan berita mempunyai impedansi yang rendah (50-600 ohms). Sebaliknya mikrofon dengan “impedansi tinggi” dipakai dalam acara-acara publik seperti konser, kampanye politik yang menggunakan loudspeaker yang besar-besar. Mikrofon dengan impedansi tinggi tidak dapat dipakai dengan perlengkapan siaran standar tanpa memakai adaptor. Kalau kita pakai mikrofon jenis ini dengan adaptor untuk siaran maka kabelnya harus pendek dan terbungkus dengan baik serta mempunyai grounding yang baik untuk menghindari suara balik atau suling dan hilangnya frekwensi audio yang tinggi. Jadi lebih baik untuk hanya memakai mikrofon dengan impedansi rendah untuk perekaman dan penyiaran.




Mengidentifikasi, menempatkan dan mendemontrasikan desain mikrofon


1. Hand Held mic
Hand Microphone : Yaitu microphone yang digunakan oleh pengisi acara dengan cara dipegang oleh tangan.




2. Personal mic/clip on
Jenis mikrofone yang bentuknya kecil dengan posisi pemakaian mic dipasangkan pada baju atau kostum pengisi acara. Bisa dengan cara dijepitkan ataupun dengan cara ditempel.



3. Boundary effect mic
Boundary mic itu microphone yang bentuknya pipih, biasa diletakkan di lantai untuk menangkap suara2 dialog di panggung. Orang Indonesia nyebutnya 'mic kodok', karena emang nongkrong kaya kodok hehehe




4. Shotgun mic
Shoygun: jenis mikrofone yang paling terarah. Berbentuk stik dengan sensivitas yang tinggi.



5. Contact mic
Contact mic adalah alat untuk mendengar percakapan dari balik dinding ruangan tanpa harus memasang pemancar pada ruang yang dimonitor. Mampu menembus halangan dinding padat(concrete).



6. Studio mic
mic jenis ini cocok sekali untuk orang yang akan masuk ke dalam dunia recording. Atau biasanya terdapat dalam Studio recording.





7. Omnidirectional mic
Omni Directional : Microphone yang dapat menerima suara dari semua arah.




8. Bi-Directional mic
Bi Directional : Microphone yang mencegah suara dari samping, tapi sangat peka pada arah depan dan belakang.





9. Unidirectional mic
Uni Directional : Microphone yang menerima suara hanya dari satu arah saja.



10.Microfon NIRKABEL

Microphone nirkabel yakni microphone yang koneksinya tidak menggunakan kabel. Mentransmisikan sinyalnya menggunakan pemancar radio FM kecil yang terhubung kepada receivernya dalam satu sound system.



Dibawah ini contoh produk yang beredar dipasaran antara lain :
AKG Perception 420, Mikrofon Kondenser



AKG meluncurkan mikrofon kondenser seri Perception 420 yang menjadi pilihan bagi pengelola studio rekaman kelas profesional, panggung, hingga home recording.

AKG Perception 420 diperkuat dengan 3 jenis polar pattern, yaitu cardioid, omnidirectional, dan figure eight, bisa kita manfaatkan untuk merekam beberapa jenis sumber suara. Di antaranya adalah ensembel orkestra, perkusi, ambien, grand piano, dan XY stereo recording.

Tampak bodi mikrofon cukup kokoh yang ditutup dengan bahan logam yang bisa menolak gangguan sinyal RF (alat komunikasi). AKG Perception 420 mempunyai diafragma berukuran 1 inchi dan SPL maksimal 155 dB sehingga bisa meng-cover sumber suara yang memiliki gain besar, seperti ensembel orkestra dan ambien ruang drum.

Vokal
Pada saat uji coba, kami merekam vokal pria dengan menggunakan konverter AD/D A Lexicon U82S dan preamp internalnya. Headroom bisa didapat dengan sempurna. Sinyal vokal yang memiliki power akan menjadi lebih menguntungkan karena kami mendapatkan sinyal cukup maksimal ketika kami rekam. Karakter gain Perception yang kami peroleh cukup besar.

Mikrofon kondenser dengan harga yang relatif terjangkau ini memiliki peran banyak untuk meng-cover sumber suara vokal. Kami mendapatkan tone yang cukup spesifik. Artinya, sumber suara dapat di-cover cukup detail. Apalagi area frekuensi mid-low pada track vokal yang kami rekam hasilnya cukup warm. Pada sesi merekam vokal, kami mengaktifkan fitur Bass cut filter (12 dB per oktaf, frekuensi 300 Hz). Sehingga area frekuensi mid lebih fokus dan yang terpenting tidak menghasilkan kolorasi suara. Perception 420 dapat bekerja sangat baik dan transparan. Kami mendapatkan sinyal vokal sesuai kebutuhan industri tak kalah dengan mikrofon kondenser profesional di kelasnya. Track vokal yang kami rekam cukup musikal dan tidak ada frekuensi tinggi yang berlebih, sehingga menguatkan area frekuensi vokal menjadi lebih solid dan renyah.

Bagi pengguna home recording, tentu peranti ini dapat dimanfaatkan lebih maksimal. Dengan fitur multi pattern, Anda dapat memanfaatkan unit ini untuk berbagai kebutuhan rekaman. Sebut saja untuk merekam ambien ruang Perception 420 dapat diatur pada posisi omni directional. Selain itu, kita bisa memanfaatkan Perception 420 untuk merekam overhead drum atau merekam dua sumber suara (vokal) secara bersamaan dengan mengatur posisi polar pattern pada Figure 8.


Shure Beta 98, Mikrofon Kondenser Mini



Shure Beta 98 mikrofon kondenser aplikasi rekaman dan panggung untuk instrumen drum, gesek, tiup dan instrumen akustik lainnya.

Mikrofon ini memiliki bentuk mini dan hanya memiliki bobot seberat 12 gram namun memiliki kemampuan besar. Pada paketan Shure Beta 98 juga menyertakan mount 98D yang bisa dipasangkan pada drum shel.

Top Snare
Shure Beta 98 yang dikirim ke studio A-Pro kami uji untuk merekam instrumen drum, khususnya snare drum. Pada sesi ini, kami mencoba menangkap top dan bottom snare. Untuk merekam snare drum ini, kami memasangkan drum mount 98D pada posisi tertentu. Pada posisi top snare, kapsul mikrofon Beta 98 yang berpolar pattern cardioid dihadapkan ke permukaan snare berjarak sekitar tiga centimeter. Mikrofon ini mampu meng-cover sinyal yang memiliki gain besar berasal dari top snare yang dimainkan dengan powerful. Meskipun memiliki ukuran mini, Shure Beta 98 mampu memberikan performa yang maksimal dan mengagumkan. Pada review ini, karakter tonal head snare dapat tertangkap sangat jelas. Apalagi mikrofon ini cukup sensitif sehingga sound detail bisa di-capture dengan baik. Resonansi snare drum juga direpro dengan sempurna. Karakter sound snare yang maksimal ini sangat memudahkan sound engineer mendapatkan track snare yang dibutuhkan. Selanjutnya, Anda dapat memutuskan perlu atau tidak melakukan proses EQ pada track snare ini.

Bottom Snare
Shure Beta 98 juga bekerja optimal untuk menangkap bottom snare. Kami mendapatkan karakter snare drum sangat terang dan tidak berlebihan. Sound snare ini yang didapat bisa dimanfaatkan untuk jenis musik berbagai genre, seperti aransemen yang berdinamika tinggi (rock, fusion, heavy metal) hingga jenis musik pop. Track top dan bottom snare dapat kami seimbangkan dengan leluasa sesuai kebutuhan aransemen musik. Pada track snare ini, kami mendapatkan sound yang akurat, tebal dan terang. Tidak mengecewakan!

Mikrofon ini juga dapat dimanfaatkan untuk meng-cover komponen drum lainnya, seperti tom dan floor tom. Pada sesi merekam floor tom, kami masih mendapatkan gain yang kuat dan frekuensi rendah yang baik. Kami juga menyukai memanfaatkan Beta 98 untuk track floor tom. Karakter sound ini dapat kita eksplorasi mulai dari posisi mikrofon hingga set EQ sesuai kebutuhan.


Rode M1 Mikrofon Dynamic



Rode M1 dirancang sebagai mikrofon vokal untuk live performance yang memiliki karakter tone yang cukup bagus.

Rode M1 jenis mikrofon dynamic yang berbalur warna hitam ini, ditujukan untuk aplikasi vokal kebutuhan panggung. Bodi mikrofon yang terbuat bahan logam yang kuat sebagai pelindung yang sangat baik. Sedangkan konektor XLR terbuat dari lapisan emas sehingga bisa memperkuat umur konektor ketika dihadapi dengan kondisi iklim. Produsen yang berbasis di Australia ini berupaya merancang M1 sebagai mikrofon kokoh yang memiliki daya tahan terhadap berbagai kondisi cuaca. Bobot mikrofon yang seberat 360 gram setara dengan bobot mikrofon profesional jenis dynamic lainnya, sangat nyaman digenggam.

Powerful
Karakter mikrofon dengan polar pattern cardioid mampu menghasilkan gain yang optimal. Rode M1 mampu menunjukkan performa sound vokal pria saat kami uji di dalam studio A-Pro dengan menggunakan Sistem PA portabel. Karakter vokal yang direpro oleh Rode M1, kami terima cukup jelas dan powerful. Respon frekuensi antara 75 Hz hingga 18 kHz memiliki karakter frekuensi area vokal (pria) lebih tebal. Frekuensi bass yang kami terima juga tidak berlebihan sehingga akurasi vokal masih terdengar. Selain itu, vokal menjadi lebih terang dan lebih fokus karena dikuatkan oleh area frekuensi tengah yang smooth. Karakter vokal ini bisa dimanfaatkan sebagai mikrofon vokal latar, vokal utama atau pembawa acara.

Tone
Kami juga menambah fitur efek reverb dari mixer yang kami gunakan. Efek reverb untuk vokal kami set hampir lima puluh persen sesuai kebutuhan ketika dimanfaatkan untuk solo vokal diiringi aransemen musik sequencing. Pada sesi menggunakan efek reverb, performa sound vokal semakin terdengar solid. Meskipun efek reverb relatif berlebih, kami masih mendapatkan gain vokal yang baik. Dan yang terpenting kami bisa mendapatkan tone vokal yang kuat sehingga masih akurat. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan vokal utama pada iringan musik keyboard solo atau organ tunggal (OT).

Saturday, 9 April 2011

Instalasi Sound System

Instalasi Sound System

Karena saat kita nonton pertunjukan musik, kita tidak hanya melihat si pemusik saja tapi juga mendengarkan suara yang dihasilkan oleh system tata suaranya. Memang tidak dipungkiri lagi bahwa sisi ini memang sangat menarik untuk dibahas, setidaknya bagi anda yang penasaran dengan system audio profesional.

Prinsip Dasar
Sound reinfocement adalah sederetan peralatan yang ditata sedemikia rupa untuk penguatan suara atau musik untuk didengarkan oleh banyak orang. Prinsip dasarnya selalu sama. Mulai dari system yang sederhana samapi yang paling rumit seperti :
1. Suara ditangkap oleh microphone dari sumbernya.
2. Microphone merubah suara tadi menjadi signal listrik dan mengiimnya melalui kabel menuju mixer.
3. Mixer menerima signal suara dan musik tadi melalui setiap kanalnya kemudian me-mix (mencampur dan menseimbangkan) untuk dikirimkan lagi melalui kabel ke rampaian power amplifier.
4. Power amplifier merubah signal menjadi energi listrik dan mengirimkannya ke loudspeaker
5. Loudspeaker merubah energi listrik menjadi gerakan mekanis dari konus speaker yang kmudian mnggetarkan udara dan menjadi suara.
6. Audiens mendengarkan suara tersebut.

Ini juga berlaku untuk system audio rumah, tape deck atau CD player sebagai sumber suara, dan pre amp (dalam system live digantikan mixer), umumnya terdapat dalam satu badan dengan power amplifiernya (integrated amlifier).
Dalam system sederhana, power amplifier kadang terdapat dalam satu kemasan dengan mixer yang disebut powe mixer, atau juga power amplifier yang tercakup dalam kotak speaker yang lebih kita kenal dengan speaker aktif. Namun betapapun besar dan rumitnya sebuah system, tetap akan berada pada prinsip diatas tadi seperti yang terlihat pada gambar A.
Dalam system yang lebih besar akan terdapat beberapa peralatan tambahan yang tentu saja akan terdapat banyak pengaturan. Pada gambar B, terlihat system yang lebih kompleks. Dan ini adalah yang biasa diterapkan bagi kafe, pub, bar, atau club yang menampilkan musik live dan ber-area tidak terlalu luas.
Dala system ini ada beberapa prinsip lagi yang sebaiknya diperhatikan seperti :
1. Posisi mixing console sbaiknya berada pada posisi pendengar, agar apa yang didengar oleh penata suara adalah apa yang didengar oleh audiens. Denga kata lain mixer tidak berada di samping atau di belakang panggung.
2. Semua microphone dan alat musik dikirim ke mixer melalui kabel snake.
3. Mixer atau mixing console pada system ini lebih lengkap dari system yang sederhana sebelumnya, karena memiliki lebih banyak pengaturan walaupun dengan prinsip kerja yang sama. Hanya saja dilengkapi fasilitas seperti equalizer yang semi parameric, dengan 3 band (low, mid, hi) atau 4 band (low, lo-mid, hi-mid, hi). Terdapat juga auxiliary send yang difungsikan untuk mengirim signal ke system monitor dan/ ke effect system. Pada auxiliary terdapat switch untuk aux pre/post. Auxiliary pre adalah untuk menirim signal yang terlepas dari pengaruh fader dan eq kanal yang biasa digunakan untuk mengirim signal ke monitor, sedang auxiliary post adalah sebaliknya yakni mengirim signal yang dikirim mengikuti pengaruh dari fader dan equalizer dari kanal dan biasa untuk mengirim signal ke perangkat effect.
4. Signal keluaran dari mixer dikirim ke crossover melewati equalizer. Pada equalizer inilah penata suara melakukan pen-settingan untuk mengatasi kendala akustik ruang, feedback atau kendala lainnya yang mengganggu.
5. Crossover berfungsi untuk memilah frekuensi yang akan dikirim ke power amplifier untuk menggerakkan loudspeaker dengan tnggapan frekuensi tertentu. Karena system speaker utamanaya tidak jarang yang terpisah antara speaker untuk menghandle frekuensi rendah (sub woofer) dan speaker untuk full range (gambar C)

Tipical system untuk Touring
Berikutnya adalah system untuk touring yang lebih besar dan kompleks. Seperti yang dipergunakan untuk konser-konser besar dengan area yang lebih luas. Pada system ini peralatan yang digunakan sangat banyak, dan selalu dngan crossover aktif yang tidak jarang juga digantikan oleh controller digital yang didalamnya telah terdapat crossover, limiter, parametric eq, dll. Juga selalu menggunakan mixer monitor yang sama sekali terpisah dari mixer utama, lebih difungsikan untuk mengirim signal ke rangkaian effect yang tidak sedikit jumlahnya.
Namun seberapapun rumitnya prinsip touring ini, tetap tidak terlalu jauh berbeda dengan prinsip tata suara sebelumnya sehingga tidak terlalu sulit juga untuk dipahami. Hanya saja pada system ini terdapat beberapa lagi penjlasan tambahan seperti :
1. Mixer selalulebih besar dan mempunyai fasilitas yang lebih lengkap, paling sedikit terdiri dari 24 kanal atau bahkan sampai 40. dan bukan tidak mungkin menggunakan lebih dari 1 mixer. Ini sering terjadi bila yang tampil lebih dari 1 grup musik yang settingan kanalnya tidak ingin terganggu oleh setting kelompok lain yang kebetulan tampil satu panggung.
2. System monitor dioperasikan oleh monitor engineer dengan menggunakan mixer monitor sendiri dan terlepas sama sekali dari mixer utama.
3. Dalam rack peralatannya terdapat paling sedikit 2 buah EQ mono atau sebuah dual EQ (karena selalu main dalam stereo), kemudian beberapa compressor, limiter, noise gate, aural exciter, multiple delay, reverb, dll. Sekian banyak peralatan tersebut difungsikan untuk menghasilkan suara yang diinginkan dan meredam suara-suara yang tidak diinginkan.
4. Mixer untuk system monitor panggung terdiri dari 6 output kadang bahkan sampai 16 output, dan mengirim signal tadi secara tepisah ke masing-masing monitor untuk si pemusik atau penyanyi seperti yang mereka inginkan.
5. Dibutuhkan sangat banyak kabel, power amlifier dan daya listrik yang sangat besar untuk menggerakkan sekian banyak loudspeaker yang mungkin saja main dalam 3way, 4way atau bahkan sampai 5way.

Seperti yang telah dilihat bersama, banyak persamaan dari mulai system yang paling sederhana samapi system yang paling rumit sekalipun, hanya rack peralatannya saja yang mengalami perbedaan, namun tetap saja dalam prinsip yang sama. Mixer tetap saja sama apakah 4kanal atau 40kanal.



Lanjutan

Seorang sound engenering, sebelum melakukan instalasi perangkat sound sistem, dia harus mengetahui jenis pertunjukan yang akan dilakukan, tempat yang akan digunakan, lingkungan tempat dimana akan berlangsungnya pertunjukan, dan kapasitas penonton. Hal ini wajib diketahui karena dari hal ini akan memberikan gambaran kejadian pertunjukan seperti apa dan bagaimana yang akan berlangsung. Gambaran dari kejadian yang akan datang tersebut, akan memudahkan untuk menyusun rencana peralatan yang akan dipergunakan, sistem dan seting peralatan yang akan dipergunakan.

Kita bahas dahulu tentang jenis pertunjukan. Seperti yang kita tahu, bahwa pada saat ini terdapat berbagai macam jenis pertunjukan. Jenis-jenis pertunjukan tersebut akan berakibat pada perangkat alat dan instalasi yang berbeda. Misalnya pertunjukan band yang berskala kecil akan berbeda dengan pertunjukan band dengan skala yang lebih besar. Pada pertunjukan seni karawitan Bali akan berbeda dengan perangkat yang dibutuhkan untuk pertunjukan DJ. Jadi masing-masing jenis pertunjukan akan berkorelasi dengan perangkat yang dipergunakan.

Tempat dan lingkungan tempat pertunjukan jelas akan sangat mempengaruhi pada perangkat dan sistem setting perangkat. Tempat diselenggarakannya sebuah pertunjukan harus dipertimbangkan dengan matang. Apakah sebuah pertunjukan akan dilaksanakan di tempat tertutup (indoor) ataukah di tempat terbuka (outdoor). Pada pertunjukan di dalam ruangan harus diperhatikan pula apakah tempat tersebut bergema ataukah tidak. Dalam hal ini harus diperhatikan apakah akustik dari ruangan tersebut baik atau hanya dinding tembok dan langit-langit dari triplek atau gypsum. Luas ruangan yang dipergunakan mempengaruhi pula pada sistem setting dan perangkat yang akan dipergunakan.

Tempat dan lingkungan pada pertunjukan di tempat terbuka harus pula diperhitungkan. Apakah sebuah pertunjukan akan dilangsungkan pada lapangan terbuka seperti pada lapangan sepak bola yang luas, di taman yang sempit, ataukah ditempat yang luas dengan tebing-tebing menjulang seperti di GWK. Factor kesulitan pada lapangan sepak bola, taman yang kecil akan berbeda dengan pertunjukan yang sering dilakukan di GWK. Faktor kesulitan sistem setting peralatan di GWK dengan tebing-tebing kapur menjulang jauh lebih sulit dibandingkan dengan lapangan terbuka biasa. Banyak para sound engenering mengakalinya dengan membentang tirai-tirai untuk mengurangi pantulan suara yang disebabkan oleh dinding-dinding tersebut.

Di samping dua hal di atas yang harus diperhatikan pula oleh seorang sound engenering adalah penonton/pengunjung yang akan menghadiri sebuah pertunjukan. Jumlah pengunjung yang puluhan, ratusan, dan bahkan ribuan akan mempengaruhi besarnya perangkat yang akan dipergunakan. Perlu diketahui bahwa tubuh manusia dapat menyerap getaran-getaran gelombang suara. Berikut digambarkan sistem jaringan/skema untuk instalasi sound sistem dengan 3 pertimbangan di atas yang diambil dari www.yamaha.com seperti berikut.

Skema Sound 500 orang lebihPertunjukan dengan jumlah pengunjung antara 500 – 1000 orang pada sebuah lapangan terbuka yang luas, sebagai salah satu pilihan adalah akan dipergunakan peralatan dan skema berikut.

Mirophone 24

Mixer MG32/14FX 1

Power Amp P5000S 4

Power Amp P7000S 1

Speaker S215V (C215V) 4

Woofer SW218V (CW218V) 2

Monitor Speaker SM15V (CM15V) 4

Graphic EQ Q2031B 2

Digital Multi Effects SPX2000 1

Kabel instrumen yang baik dan konstruksinya

Kabel instrumen yang baik dan konstruksinya

Sumber : Majalah bulanan AudiPro Edisi 02/th.V/Februari 2004

Kalau mixer bisa diumpamakan sebagai jantung sebuah sistem, maka kabel bisa diibaratkan sebagai urat nadinya. Buruknya kualitas kabel akan menurunkan kulitas audio bagi keseluruhan sistem itu.

Tak ada yang bisa menampik bagaimana pentingnya fungsi perkabelan dalam sebuah sistem audio. Berbagai sound company besar pasti sudah sangat memahami hal tersebut.

Sebuah kabel instrumen yang baik haruslah bisa menampilkan soudstage yang deep dan image yang tinggi, dengan resolusi yang tinggi, detail, timbre yang sangat super, tonal balance natural dan sangat netral. Kabel-kabel ii tidak tonally colored, dan bisa kompatibel dengan banyak sistem aplifier, speaker maupun pre-amp. Kita ketahui banyak desain kabel konvensional mempunyai tampilan yang bagus secara fisik, tapi tidak bertahan lama, karena menggunakan konduktor tipis. Kekurangan umu kabel jenis ini adalah lemahnya image fokus dan resolusinya. Beberapa kabel ini memang men-kombinasikan resolusi tinggi dari informai, transparansi dan image fokus tiga dimensi dengan tonal balans yang netral dan warm.

Konstruksi bagian dalam kabel
Komponen
Disini kita akan mengenal konfigurasi koaksial (co-axial) dan twin axial. Koaksial, konfigurasi ini biasa digunakan untuk kabel instrumen unbalans. Didalamnya terdapat konduktor (penghantar sinyal) tengah atau center conductor. Bertugas membawa sinyal atau arus listrik dari perangkat sumber (source) dan disekat oleh bahan insulasi yang memisahkan konduktor tadi dari bagian lain dalm kabel, yakni shield (perisai). Shield ini sebenarnya juga merupakan konduktor, tetapi berupa konduktor pengembali arus listrik atau sinyal untuk melngkapi arus yang masuk ke sebuah sirkuit.
Ketiga komponen tadi (konduktor, sekat dan shield) dilengkapi dengan dua senjata, berupa sebuah perisai elektrostatis yang berfungsi untuk mengurangi tingkat handling noise. Lalu pelindung luar / outer jacket untuk memproteksi kabel terhadap “dunia luar”, sekaligus digunakan untuk mempercantik tampilan kabel.

Koaksial VS Twin Koaksial
Beda sebuah kabel koaksial dan twin koaksial, koaksial menggunakan sebuah konduktor yang terisolasi di bagian tengahnya untuk membawa voltase sinyal sama seperti yang ada pada shield. Di sini shield terhubung ke kontak “negatif” dari plug di kedua ujungnya, sedangkan konduktor di tengah menghubungkan kontak “negatif”. Karena sinyal audio analog adalah arus bolak-balik (alternate current), maka volatse sinyal positif dan negatif bergonta-ganti di tengah konduktor dan shield.

Sedangkan kabel twin koaksial (twin-ax) punya dua konduktor terisolasi dari voltase sinyal yang dikelilingi oleh sebuah shield yang terpisah. Dalam hal ini, shield ditempelkan ke salah satu ujung kabel dan bertindak sebagai konduktor “negatif”. Shield ini didesain untuk memblokir interfensi yang masuk ke konduktor dengan membawa sinyal audio, sekaligus untuk membawa interfensi (hnya) ke sasis ground dari perangkat yang sedang digunakan. Desain twin-ax umumnya lebih banyak memakan biaya ketimbang koaksial. Khususnya saat proses pembersihan jalur sinyal untuk audio, dan untuk menghindari adanya ground loops.

Hubungan antar bahan-bahan didalam kabel
Geometris
Merujuk kepada hubungan antara konduktor dan lapisan perisai atau pelindungnya (baca:shield). Geometris yang berbeda akan berpengaruh kepada karakteristik elektrikal dan shielding dari sebuah kabel, yang pada akhirnya berpengaruh kepada tmpilan suara. Ada dua pendekatan dalam hal desain yang bisa dilakukan terhadap keseluruhan geometris untuk kabel instrumen, yakni desain co-axial dan twin-axial.
Shield bertanggung jawab membawa setengah dari sinyal audio. Maka mau tak mau, shield ini harus mampu menjaga konduktor kabel dari kemungkinan adanya interfensi ke luar dari jalur sinyal perangkat (seperti amplifier atau console), yakni ke ground.

Geometri konduktor
Dalam sebuah design twin-ax, pola hubungan antar konduktor dan shield akan mempengaruhi karakteristik elektrikal sebuah kabel. Untuk tampilan kabel, karakteristik yang paling relevan berhubungan dengan kedua faktor diatas adalah kapasitansi dan induktansi. Efek dari kapasitansi ini bisa terdengar jelas dalam sebuah kabel instrumen. Kapasitansi ini seringkali diukur dngan satuan Pico farad per kaki dari sebuah kabel. Dari dua konduktor dalam sebuah kabel dipararelkan, kabel ini akan punya induktansi tinggi yang relatif dan kapasitansi rendah, serta lebih bisa mem-pick up interfensi. Konduktor jenis braid cenderung menampilkan kapasitansi tinggi dengan induktansi yang lebih rendah dan rentan terhadap noise.

Shield
Dalam kabel instrumen terletak di bawah jacket bagian luar dn disekitar konduktor sinyal yang biasanya berupa sebuah foil, braid atau kombinasi keduanya. Sebuah shild foil punya daya proteksi yang baik terhadap interfensi frekuensi tinggi, seperti RFI (Radio Frekuensi Interference).
Shield braid dikenal lebih efektif terhadap semua bentuk interference yang kini ada, jika shield ini di-woven dengan densitas yang cukup. Shield ini menggunakan banyak bahan tembaga.
Sebuah shield spiral bisa memiliki densitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan shield braided, tetapi kurang fleksibel dibandingkan braid. Shild spiral ini bisa membka dan menyediakan sebuah jalur untuk interfensi, jika kabel ini terlalu sering dilenturkan atau lekukkan. Carilah kabel yang memakai sebuah shild braided (atai kombinasi braid dan foil) dengan cakupan densitas minimal sekitar 85%.

Insulation
Punya pengaruh langsung terhadap fleksibilitas sebuah kabel, khusunya untuk pemakaian dan ukuran tebal tipisnya bahan. Sebuah konduktor beinsulas, sebenarnya punya karakter yang tidak ubahnya seperti sebuah konduktor padat. Kian tipis insulation, kian fleksibel kabel tersebut.
Ada kriteria elektrikal untuk ketipisan insulation ini. Dinamakan “Dielectric Strength”, dan tingkatannya ditentukan oleh voltase kerja dari kabel. Voltase yang ada dalm penggunaan kabel instrumen umumnya sangat rendah, sehingga tingkat dielectric strength yang dibutuhkan untuk mencegah agar insulation tidak anjlok sangatlah kecil.
Ada satu faktor yang perlu dipertimbangkan, ketika kabel akan digunakan untuk instrumen seperti gitar elektrik, yakni jumlah kapasitansi antara konduktor tengah (center conductor) dengan shield.
Mengenai bahan insulation, pada intinya ada empat bahan insolator yang kita kenal untuk konduktor dalam sebuah kabel instrumen. Bisa disebutkan disini, sesuai dengan urutan tingkat tampilan dan harga yang lebih tinggi, yakni PVC, polypropylene, polythylene dan teflon. Bahan-bahan ini bisa juga di”foam” atau diinjeksi dengan udara untuk meminimalkan efek buruknya terhadap sinyal, selagi sinyal ini disimpan atau dikeluarkan.
Proses insultasi Thermoplastic dikenal lebih ekoomis, tetapi perlu berhati-hati dalam proses produksinya. Hal ini karena proses pemanasannya tidak boleh kelebihan panas (overheated), khususnya penyolderan saat mengisolasi konduktor.

Bahan konduktor
Tembaga ah (copper) adalah bahan konduktor yang sangat baik, walaupun tidak semua tembaga punya kualitas yang sama seperti bahan konduktor. Copper ini digunakan dalam kabel berkualitas baik, dengan level mulai dari yang bebas oksigen hingga “7N”. Tipe tembaga ini bervariasi dalam tingkat kemurniannya yang kemudian disebut sebagai tingkat prosentase dari copper. Di bagian akhir dari spectrum ini adalah copper “7N” yang berarti “seven nine”, setelah point desimal dalam nilai kemurniannya, yakni murni 99,9999999%.
Sedangkan bahan yang digunakan untuk center conductor bisa saja dibuat dari bahan thermoset, yakni kare, neoprene, dan hypalon. Bisa juga dari bahan yang sifatnya thermoplastic, yakni polyethylene, polypropylene, PVC, dan FPE.
Perak atau silver juga merupakan konduktor yang baik, tetapi pebedaan subjektif di dalam perak yang dibuat oleh pabrikan, seringkali lebih besar dibandingkan dengan perbedaan tembaga. Carilah kabel yang menggunakan sebuah konduktor tembaga OFHC minimum, dan cobalah tiap kabel yang menggunakan konduktor tembaga bersepuh keperakan, sebelum anda membeli.

Desain konduktor
Sumber lain distorsi dalam kabel adalah interaksi yang muncul dari helai-helai (strand) konduktor dalam kabel. Helai-helai ini dibuat demi menambah fleksibilitas dalam kabel. Tetapi tiap helai dalam sebuah ikatan akan membawa sinyal audio yang sama dngan helai di sebelahnya. Akan timbul masalah, arus listrik yang berjlan dlam helai tersebut akan membentuk sebuah medan magnetik., menyebabkan sinyal yang dibawanya berubah. Kian banyak helai yang dimilkiki oleh sebuah konduktor, akan semakin buruk masalah yang timbul.

Kapasitansi
Merupakan faktor yang menarik dalam sebuah kabel. Kapasitansi adalah tingkat kemampuan sebuah beban listrik. Dalam sebuah kabel instrumen, kapasitansi antara center conductor dan shield, dinyatakan dalam satuan per foot (pF / ft). Dimana kian rendah nilainya, maka berindikasi pada kian rendahnya juga kapasitansi. Bila dikombinasikan dengan impedansi sumber, kapasitansi kabel bisa membentuk sebuah low-pass filter antara instrumen dan amplifier, yang bisa memotong high frekuensi yang setingkat dengan cara memotong tone control instrumen.
Dengan melihat bahwa keseluruhan diameter luar dari kabel dibatasi oleh plug yang harus digunakan, kapasitansi kabel benar-benar merupakan refleksi kombiasi antara ukuran konduktor (kekuatan konduktor), bahan insulation (biaya), dan ketipisan insulation (ukuran dan fleksibilitas). Istilah “Dielectric constant” disini sering digunakan untuk melihat kualitas bahan insulation. Tentu ini akhirnya akan menentukan clarity suara.


Kesimpulan
Belum adanya kabel yang benar-benar sempurna / bisa meningkatkan suara dari perangkat kita. Yang ada hanyalah kabel yang bisa menjaga sinyal audio dari hal-hal yang bisa mengurangi kemurniannya.





Anatomi Kabel

Anatomi Kabel

Sumber :
Majalah bulanan Audiopro edisi 04/th.VII/04 April 2006-04 Mei 2006


speaker EAW MK series untuk full range-nya & EAW 250z untuk sub-nya. Mixer-nya Allen & Heath GL 2200, LMS ( Loudspeaker management System ) – nya XTA 622. Power-nya ? Crest Audio Pro series Great!

SUARANYA KOK KASAR YA ?
“Mana mungkin kualitas suara dari sistem seperti itu tidak enak..” Apa yang harus saya perbaiki ? Karena itu salah satu speaker terbaik yang harganya juga tidak murah. Mereka menjawab, “ Coba saja anda dengar sendiri. Kami juga tidak tau apa yang salah. Hanya saja, kami merasa ada sesuatu yang tidak enak.” Setelah saya menyalakan CD dan mengeluarkan suaranya, saya herus percaya. Ada apa yg salah ? Mereknya ? pasti tidak! Untuk mencari sumber permasalahan suatu sistem instalasi saya tidak pernah lupa menengok ke belakang rak. Belakang raknya kebetulan sangat rapi tetapi kabel yang mrk gunakan ternyata tidak sesuai dengan suara yang seharusnya di hasilkan oleh speaker. Mengapa demikian ? karena masih banyak org yang masih belum paham betul mengenai kabel, bagaimana anatominya, bagaimana penggunaannya di lapangan, atau mungkin juga sering kali org menganggap sepele masalah kabel.

MENGAPA KABEL MENJADI BEGITU PENTING ?
Banyak org akan berkomentar, “Ah kabel, apa gunanya sih? Pakai saja yg murah, toh tetap keluar suara. Kalau alat kita bagus, buat apa harus beli kabel yg mahal lagi ? Saya beri catatan sedikit. Kabel berperan penting dalam menyalurkan sinyal audio dari alat ke alat tak ubahnya seperti pembuluh darah di dalam tubuh manusia. Ada org yang tampak sehat dari luar dan berpenampilan menarik, tetapi ternyata di dalam tubuhnya seluruh pembuluh darahnya tersumbat. Pasti tak lama lagi org itu akan mengalami serangan jantung. Karena sesuatu yang tidak seimbang, akan menghasilkan yang tidak benar pula. Begitu juga dengan sistem audio. System yang mahal, tidak akan menghasilkan performa audio yang semestinya bila tidak menggunakan kabel yang sesuai. Apakah itu ukurannya, jenisnya, bahkan hingga bagaimana cara org menyambungkannya ( menyoldernya ).

JENIS KABEL
Kabel untuk sistem audio tidak sesederhana yang kita pikirkan. Banyak jenis, ragam, dan penggunaannya. Untuk menyambungkan mikrofon saja, terdapat banyak jenis kabel. Sangat jarang orang yang menetahui dan mempelajarinya. Untuk itu, marilah kita bahas bersama perihal kabel-kabel ini.

KABEL MIKROFON
Kabel untuk mikrofon terdiri dari dua jenis. Begitu juga dengan kabel balance, yaitu kabel mikrofon standar terdiri atas tiga kabel, yaitu shield ( ground/pelindung ), kabel untuk kutub positif, dan kabel untuk kutub negatif. Sedangkan di dalam kabel mikrofon quad berisi lima kabel, yakni shield, dua kabel untuk kutub positif dan dua kabel kutub negatif.
Kabel mikcrofon standard dari canare, seperti L2-T2S,terdiri atad dua kabel dalam yang berwarna biru putih. Isi kedua kabel tersebut masing-masing terdiri dari 60 kawat tipis. Kedua kabel itu dibungkus dengan rajutan kawat yang cukup rapat, berfungsi menolak noise dari luar. Kabel tipe ini sangat fleksibel dan kuat. Lapisan plastik pembungkus luar kabel terbuatdari PVC ( Polivinyl Chlorida ). Demikian pula untuk pembungkus ke dua kabel bagian dalamnya.
Bagi yang baru belajar menyolder kabel, kabel ini cukub baik dan tahan panas. Sehingga, tidak perlu khawatir lapisan kabel tersebut meleleh karena terlalu lama menempalkan solderan. Tapi jika terlalu lama, tetap akan meleleh juga. Selain itu, kabel balance atau kabel mikrofon diberi tambahan benang – benang katun sebagai filter/ pengisi dan penguat kabel.. Kabel mikrofon quad dibuat untuk digunakan pada lingkungan yang cukup tinggi noise. Harga kabel ini lebih dari kabel mikrofon standar, tetapi memiliki daya tolak noise yang lebih besar saat kabel ditarik cukup panjang. Noise timbul sebagai akibat dari induksi di antara kabel positif dan kabel negatif itu sendiri. Oleh karena bentuknya yang yang quad, induksi tersebut dapat hilang dengan sendirinya. Ditambah lagi diameter kabel positif dan kabel negatif menjadi lebih besar. Kabel ini dapat kita manfaatkan untuk rentangan hingga mencapai panjang 100 m dengan hanya sedikit penuturan kualitas.
Untuk kabel mikrofon dalam bentuk kabel snake, bentuknya mirip dengan beberapa kabel mikrofon yang kita gabungkan dan diberi bungkus kembali. Kabel snake ada yang ditujukan untuk penggunaan mobile dan instalasi secara permanen. Perbedaan mendasar ke dua kabel itu sebagai berikut.

1.KABEL BALANCE UNTUK INSTALASI
Kabel balance untuk instalasi tidak berbeda jauh dari kabel mikrofon dalam bentuk, ukuran dan isi bagian dalamnya. Yang membedakannya hanyalah pembuat bungkus luar kabel yang lebih keras dan pelindungnya (sheilding) berupa aluminium foil. Pada kabel ini biasanya kabel untuk ground di buat tersendiri dalam bentuk kawat yang dililit. Mengapa digunakan aluminium foil? Jawabanya, kabel ditujukan untuk mampu menolak pengaruh gelombang magnetik dan gelombang radio hingga mencapai 100%. Sedangkan pada kabel mikrofon biasa hanya dijamin mencapai 94% saja.
Selain itu, agar kabel-kabel ini kuat menahan gaya tarik saat instalasi sedang berlangsung, ditambahkan serat-serat penguat seperti pada Canare L4-E6AT dan Canare L4-E5AT. Serat-serat penguat tersebut terbuat dari kevlar yang sanggup menahan gaya tarik yang cukup besar.
Kabel snake untuk instalasi mirip dengan kabel balance instalasi yang kita gabungkan. Perbedaannya dengan kabel snake untuk mobile hanya pada sheid-nya yang menggunakan aluminium foil, sedangkan pada kabel snake mobile menggunakan rajutan kawat.

2. KABEL UNBALANCE
Kabel ini sangat umum. Karena pada umumnya karena sebagian besar kabel hi-fi, kabel untuk radio, dan kabel untuk video berbentuk seperti ini yang kita sebut sebagai kabel coax. Hanya saja untuk sound, kabel jenis ini bagian tengahnya berupa serabut, bukanya solid seperti kabel untuk radio maupun video pada umumnya. Lalu pada pembungkus bagian tengahnya masih terdapat lapisan pembungkus bagian luar. Pembungkus yang terbuat dari bahan karbon itu berfungsi sebagai bahan pelindung yang bersifat konduktif. Sehingga saat kita menyoldernya harus berhati-hati agar dapat mengupas lapisan tipis tersebut.
Untuk apa kita harus membuangnya ? Alasannya, jika pelindung tipis berwarna hitam ini menyambung dengan tembaga pada bagian tengahnya, kabel yang kita solder akan mengalami gejala – gejala seperti konsleting. Kabel ini adalah kabel OFC dengan diameter 18 AWG ( American Wire Gauge ) Khusus untuk menyambungkan alat-alat unbalance. Kabel ini memiliki kapasitas dan tahanan yang rendah sehingga mampu meloloskan sinyal hingga 50 kHz. Sehingga, suara pic up gitar jadi jernih dan jelas walaupun kita menggunakan kabel unbalance dalam jarak yang cukup panjang. Kombinasi antara sheild tembaga dan lapisan karbon dapat melindungi kabel dari suara-suara noise microphonic ( noice yang sangat kecil ) yang tidak kita inginkan. Noise ini umumnya datang dari ampli instrument yang volumenya kita set besar.

3. KABEL BALANCE INTERKONEK
Kabel ini hanya merupakan bentuk penyederhanaan dari kabel mikrofon standar. Kabel ini hanya untuk tarikan jarak dekat dan tanpa beban tarikan yang cukup berat. Biasanya, kabel ini memiliki harga yang cukup murah, contohnya Belden 8760, Belden 8761 dan Canare L2-B2AT. Isi kabel juga tanpa dilengkapi dengan filter atau benang pengisi dan penguat kabel.

4. KABEL SPEAKER
Beberapa orang menganggap kabel speaker amat tidak penting. Diganti dengan kabel listrik, pasti juga menyala. Kabel speaker justru memiliki tahanan yang cukup besar sehingga bahan pembuatnya harus benar – benar tembaga murni. Karena arus mengalir pada kabel speaker adalah arus AC atau sama dengan listrik seperti pada colokan listrik kita. Hanya saja, arus yang mengalir di dalam kabel ini tidak konstan dan memiliki dinamika. Berbeda dengan speaker Toa atau ceilling speaker di supermarket yang menggunakan arus konstan sehingga bisa dikirim jauh tanpa distorsi.
Dari tabel dibawah ini, bisa dibaca berapa banyak pengurangan sinyal jika menarik kabel speaker Canare sepanjang yang kita inginkan. Kita juga tidak boleh melupakan apa yang akan terjadi kalau menarik kabel speaker dengan jarak yang panjang
Untuk memudahkan penghitungan, Canare telah membuatkan tabel yang kurang lebih dapat kita gunakan sebagai patokan ketika menarik kabel speaker. Tabel tersebut sebagai berikut.
Semua nilai dihitung berdasarkan asumsi output power amplifier pada 0,05 ohm. DF 20 adalah damping factor hanya untuk penggunaan pidato, sedangkan DF 50 adalah nilai yang dibutuhkan untuk musik dengan band lengkap. Jadi, damping faktor akan ditentukan oleh bentuk dan panjang kabel speaker.

MATERIAL PEMBUAT KABEL
Bahan – bahan penyusun kabel merupakan komponen penting yang membuat suara yang dihasilkan bisa berbeda satu sama lain. Bahan utama sebuah kabel adalah tembaga. Tapi umumnya tembaga yg tersedia tidak murni. Kesulitan yang akan timbul dari tembaga tak murni adalah, mudah teroksidasi jika mendapat kontak dengan udara.
Untuk menghindarinya, beberapa pabrik pembuat kabel memberi label OFC atau Oxygen Free Cable. Maknanya kabel itu memiliki pembungkus yang sangat baik sehingga oksigen tidak dapat masuk sampai ke bagian tengah kabel. Pernah melihat kabel speaker yang sudah berumur satu tahun dan berwarna hitam agak kehijauan, itulah tandanya oksigen dapat masuk ke bagian tengah kabel.
Untuk menghindari oksidasi, pabrik lainnya melapisi tembaga dengan seng. Namun suara yang dihasilkan sangat tajam dengan ton rendah yang kurang solid. Tapi anehnya, kabel seperti ini memperkuat sinyal secara keseluruhan. Sehingga, ketika kita membaca meter yg ada di mixer, sinyal bisa naik hampir 20 % dibandingkan dengan kabel tembaga murni. Contoh kabel mikrofon yang berlapis seng antara lain : Klotz Quad SQ422, Belden 8760, dan Belden 8761. Sedangkan untuk kabel speaker, Belden 8470. Mingkin ini hanya pengalaman saya saja di lapangan, tapi saya anjurkan para pembaca untuk mencobanya sendiri. Mengenai selera suara, saya serahkan kepada selera para pembaca masing-masing.

Mengapa kabel teroksidasi ?
Tanda-tanda kabel yang teroksidasi adalah berwarna kehitaman atau kecoklat-coklatan. Jika kabel sudah teroksidasi, suara yang dihasilkan akan buruk. Selain itu, oksidasi perlu diwaspadai karena kemampuan kontaknya menurun dan mengakibatkan arus yang melompat seperti konsleting. Hal itu terjadi karena bagian kontak dari kabel terlapisi oleh permukaan kabel yang telah teroksidasi sehingga seolah – olah kabel tidak menempel dengan benar.





Watt Vs SPL

Watt Vs SPL

Sumber : Majalah Bulanan Audiopro Edisi 12/Thn.V/Desember 2004

Dua kata yang menjadi headline diatas memang sudah sangat akrab di kalangan profesional audio. Walaupun keduanya berhubungan sangat akrab, namun pengertian antara keduanya kadang masih samar-samar.
Pasti seringkali kita mendengar “Sound systemnya berapa watt, mas?” Pertanyaan sesorang tentang besaran watt sebuah sistem biasanya dihubungkan dngan tingkat kekerasan sistem itu sendiri. Benarkah demikian?
Yang pasti, kekerasan bunyi sebuah sistem bukanlah tergantung pada seberapa besar watt yang kita kirim kepadanya. Akan tetapi tergantung pada berapa besar SPL yang dikeluarkan oleh sistem itu. Hal ini karena SPL (Sound Pressure Level), yaitu satuan ukuran untuk tingkat efisiensi speaker.
Sebagai contoh, katakanlah speaker kita mampu menghadirkan SPL 100db pada 1 watt 1 meter (hal ini dikenal juga dengan tingkat sensitivitasnya). Meningkatkan daya yang kita kirimkan hingga dua kali lipatnya, hanya akan mengakibatkan penambahan SPL sebesar 3db saja. Jadi pada 2 watt 1 meter hanya akan dihasilkan SPL 103db. Sedangkan pada 4watt akan dihasilkan 106db, 8watt dihasilkan 109db, dan seterusnya, hingga tergantung pada kemampuan handling si speaker tersebut.
Dan hal itu tergambar pada charts di bawah ini :
1 watt 1 meter 100db
2 watt 1 meter 103db
4 watt 1 meter 106db
8 watt 1 meter 109db
16 watt 1 meter 112db
32 watt 1 meter 115db
64 watt 1 meter 118db
125 watt 1 meter 121db
250 watt 1 meter 124db
500 watt 1 meter 127db
Sehingga secara teori, dari 1watt sampai 500W hanya akan ada peningkatan SPL sebesar 27db.
Padahal ketentuan masih sangat tergantung pada tingkat efisiensi sang speaker. Bisa saja pada sistem speaker yang kurang begitu efisien dengan spesifikasi 97db, 1watt 1 meter, kadang kita membutuhkan power dua kali lipatnya untuk mencapai SPL tersebut. Sedangkan pada speaker yang lebih efisien, yang katakanlah dengan spesifikasi 103 db, 1watt 1 meter, bisa saja kita hanya membutuhkan daya setengahnya saja untuk mencapai SPL yang sama dengan yang sebelumnya.
Dari bahasan diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa tingkat efisiensi sistem speaker ternyata memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap sistem touring. Kalau saja kita bisa mendapatkan SPL yang memadai dengan hanya menggunakan setengah jumlah loudspeaker dan powernya, itu akan sangat membantu dalam pengepakan di tuk. Hemat penggunaan truk juga berarti akan menghemat BBM, meminimalisasikan resiko dalam perjalanan, hemat tenaga kerja, hemat waktu dala pemasangan, dan sebagainya. Beberapa point itulah yang beberapa tahun belakangan ini menjaditantangan bagi tim riset di berbagai pabrikan spekaer dunia untuk membuat sistem speaker berefisiensi tinggi untuk kebutuhan touring dan sound production. Itulah sebabnya sistem speaker Line Array dengan masing-masing terapan teknologinya menjadi begitu populer belakangan ini.
Aturan yang berlaku pada penggandaan watt power itu juga berlaku terhadap penggandaan jumlah kotak speaker.
Mari kita gunakan sebuah speaker full range yang sudah terdiri dari Hi Mid dan Low sebagai contoh. Katakanlah mereka berkemampuan 109db, 1watt 1meter.
Satu box speaker ini akan berkekuatan 109db, maka 2 buah box speaker yang sama (dengan rack powernya juga) hanya akan meningkatkan SPL sebesar 3db, sehingga menjadi 112db. Empat box menjadi 115db, 8 box 118db, 16 box 121db, dan 32 box 124db.
Pada 32 box sistem speaker untuk konser, secara teoritis akan menyajikan SPL sebesar 124db, 1watt 1meter. Dan pada 500watt per box akan memproduksi SPL sebesar 151db!
Begitulah teorinya. Masih ada faktor lain yang akan memungkinkan untuk terjadinya penambahan SPL. Misalnya dengan apa yang dinamakan “Couple Up”, yakni efek dari mendekatkan sebuah kotak speaker dengan kotak speaker lainnya. Sebagai contoh ketika 4 buah speaker low diset-up dalam 4 box diagram, masing-masing dari 2 box itu akan mendapatkan ekstra boost hingga 3db pada bagian low end-nya. Dengan demikian akan terjadi efisiensi speaker dari keempat box tersebut. Total penambahan SPLnya bisa mancapai 6db dari keempatnya.

SPL Vs Jarak
Jarak dengar terhadap speaker juga akan sangat mempengaruhi SPL. Itulah makanya makin jauh posisi kita dari speaker, maka penurunan SPL yang terjadi akan lumayan signifikan. Penurunan SPL yang terjadi ssuai dengan keterbalikan jarak.
Artinya penggandaan jarak dengar dengan speaker akan mengakibatkan penurunan SPL sebesar 6db.
Sehingga pada 32 box sistem speaker itu, untuk 500watt / box, maka secara teori akan dihasilkan SPL sebesar 151db pada 1meter. Dan pada penggandaan jarak menjadi 2meter, SPLnya akan berkurang menjadi 145db. Kemudian pada 4meter akan berkurang sebesar 139db, dan seterusnya.
Pada sebuah konser, dimana jarak antara penonton dan sistem speaker bisa berkisar antara 16 sampai 64meter, maka penurunan SPL yang terjadi malah bisa menjadi lambat, atau tidak terjadi dalam ukuran per 1meter, melainkan per area. Misalnya kalau jarak 16meter pertma terjadi penurunan level sekitar 24db, maka pada jarak 32meter berikutnya akan terjadi penurunan 12db (dari yang 24db). Sedangkan di jarak 64meter berikutnya, hanya terjadi penurunan 6db.
Pada event dengan area venue seluas ini, jarak ideal antara mixing console adalah 30 sampai 40meter. Dimana pada jarak ini, bunyi bocoran atau sound direct dari panggung sudah tidak terdengar lagi, sedangkan bunyi dari sistem speaker utamanya malah terdengar dengan kekuatan yang cukup baik. Jadi sangat berpeluang untuk menghasilkan mixing yang jauh lebih sempurna.

Mixing Console Jantung Sebuah System Audio

Mixing Console Jantung Sebuah System Audio
Adalah salah satu perangkat paling populer setelah microphone. Kita lebih mengenalnya dengan sebutan mixer, mungkin kebanyakan kita menyebutnya demikian karena fungsinya yang memang mencampur segala suara yang masuk, kemudian men-seimbangkannya, menjadikannya dua (L-R kalau stereo, dan satu kalau mono), kemudian mengirimkannya ke cross-over baru ke power amplifier dan akhirnya ke speaker.
Mixing console menerima berbagai sumber suara. Bisa dari microphone, alat musik, CD player, tape deck, atau DAT. Dari sini dengan mudah dapat dilakukan pengaturan level masukan dan keluaran mulai dari yang sangat lembut sampai keras. Kalau kita misalkan sebuah system audio iu umpamakan sebagai tubuh manusia, snake cable bisa kita umpamakan sebagai system syaraf, dan mixing console sebagai jantungnya. Bila terjadi suatu masalah dengannya, berarti system tersebut sedang dalam masalah besar. Salh satu syarat terpenting dalam mixing console yang baik adalah mempunyai input gain yang baik, pengaturan eq yang juga baik. Maka dengan demikian akan dapat dilakukan pengaturan yang lebih sempurna dan optimal terhadap setiap input microphone, atau apapun yang menjadi sumber suaranya. Ada banyak tipikal pengaturan yang terdapat dalam sebuah mixing console.

Gain
Disebut juga input level atau trim
Biasa terdapat pada urutan paling atas dari setiap channel mixing console. Fungsinya adalah untuk menentukan seberapa sensitive input yang kita inginkan diterima oleh console. Apakah berupa signal mic atau berupa signal line (keyboard, tape deck, dll).
Tombol ini akan sangat membantu untuk mengatur signal yang akan masuk ke console. Bila signal lemah, maka dapat dilakukan penambahan, bila terlalu kuat dapat dikurangi.
Contoh : untuk penyanyi yang suaranya lemah atau tidak meiliki power yang baik, diperlukan penambahan gain yang lebih. Sedangkan untuk gebukan kick drum, mungkin dilakukan dengan sedikit penambahan. Ini dilakukan agar menjaga setiap input yang masuk ke mixer tetap optimal. Input gain yang terlalu besar akan menyebabkan distorsi, sedangkan kalau terlalu lemah akan membutuhkan penambahan yang bila berlebihan akan menyebabkan noise.
Jadi input gain stage adalah hal yang paling penting dan kritis, karena dari sinilah semua suara yang berkualitas dimulai. Makanya usahakanlah untuk menjaga agar setiap input tetap clean dan clear sebisa mungkin. Sebab noise dan distorsi yang diakibatkan dalam poin ini akan mengalir terus ke seluruh system dan membuat seluruhnya jadi terganggu.
Bila ternyata input gain sangat besar atau bahkan terlalu besar sehigga setelah dikurangi juga masih saja terlalu kuat, maka untuk itu terdapat switch PAD pada console yang fungsinya adalah untuk menurunkan gain input signal mulai –20 sampai –30 db.

EQ pada channel
Pada setiap channel di mixing console selalu terdapat Equalizer Section. Fungsinya yaitu sebagai pengatur tone untuk me-modifikasi suara yang masuk pada channel tersebut. Umumnya sound engineer melakukan perubahan sound melalui EQ bertujuan dua : 1. untuk merubah sound instrument menjadi sound yang lebih disukai, 2. untuk mengatasi frekuensi dari input yang bermasalah, misalnya feedback, dengung, overtune, dll.
Pengatura yang sangat mendasar dari EQ adalah berupa Low dan Hi, kemudian penambahan dan pengurangan (boost/cut). Atau ada juga yang lebih kompleks dengan 4 jalur dengan fungsi yang full parametric. Namun tak perduli seperti apa tipe EQ yang terdapat dalam console, karena tetap dalam tujuan yang sama untuk membantu menemukan sound yang terbaik.

EQ yang fix
Yang dimaksud fix diatas adalah pada EQ tersebut tidak memiliki tombol untuk mmilih frekuensi yang akan disetting. Karena frekuensi yang akan “dikerjai” telah ditetapkan dari pabrik. Pembagian frekuensi pada EQ jenis ini mirip denga pembagian yang terdapat pada crossover, hanya terdiri atas :
· Low, dan hi-pada EQ 2way
· Low, Mid dan Hi-pada EQ 3way
· Low, Low Mid, Hi mid dan Hi-pada EQ 4 way
Memutar tombol boost/cut akan memberi pengaruh sampai 12 atau 15 db tergantung mixing console apa yang anda gunakan. Keuntungan EQ yang fix adalah : harga yang relatif ekonomis, terhindar dari kesalahan pmilihanfrekuensi yang akan disetting. Kesalahan seperti ini bisa disebabkan oleh kurang berpengalamnnay sound engineer (penata suara), dan keuntungan yang terakhir adalah hemat waktu dalam pen-settingan. Namun ada juga kekurangannya seperti : kita tidak dapat memilih frekuensi khusus yang kitainginkan. Karena semua frekuensi telah ditetapkan dari pabriknya.

Sweepable EQ
Biasa disebut Quasi Parametric atau Semi Parametric (bukan full parametric-karena tanpa pengatur bandwitch). Pada EQ yang full parametric kita dapat melakukan pengaturan untuk setiap parameternya. Apakah itu parameter frekuensi, bandwitch, ataupun parameter level.
EQ tipe ini mempunyai kemampuan set-up yang sangat fleksibel, dan biasanya menyediakan pengontrolan mid-range dengan system EQ-3 atau 4 jalur.
Cara kerja : Lakukan pemutaran pada tombol freq untuk memilih freq yang akan diatur. Kemudian putar tombol boost/cut untuk penambahan atau pengurangan pada frekuensi yang kita pilih tadi. Misalnya untuk mengatur frekuensi low mid pada drum. Biarkan frekuensi lain tetap pada sound flat, kemudian putar tombol boost/cut sampai habis ke kiri, atau pada posisi kira-kira jam 7. Kemudian putar tombol frekuensi sampai sound yang terdengar boomy tadi terdengar hilang. Setelah frekuensi yang dicari ketemu, lakukan pengaturan lagi pada tombol boost/cut. Karena melakukan pemotongan yang terlalu ekstrm pada frekuensi low mid bisa mengakibatkan sound yang terdngar “kosong”.
Kita juga dapat melakukan pengaturan untuk vokal pada frekuensi 3,5KHz saja tanpa mempengaruhi keseluruhan frekuensi Hi Mid lainnya.
Mixing console dengan pengaturan mid tunggal biasanya bisa dibeli dengan harga yang lebih ekonomis, sementara mixing console versi lain yang dilengkapi dengan pengaturan Low Mid dan Hi Mid agak lebih mahal.
Ada juga model pengaturan Eq dengan tombol Mid yang sebenarnya sama saja dengan tipe sebelumnya. Hanya saja tombol pemilih frekuensi dan tombol cut/boost berada dalam satu tempat. Untuk frekuensi diatur oleh tombol yang sebelah luar, sedang untuk boost atau cut dilakukan oleh tombol sebelah dalam.
Tipe ini juga sering terdapat pada mixing console yang full parametric Eq dengan system 4 way. Desain seperti ini dilakukan oleh pabrik pembuatnya karena alasan menghemat tempat.
Desain sebuah mixing console juga merupakan suatu hal yang penting dan menentukan.

Pengaturan lainnya pada channel
48v Phantom
Ada beberapa tipe microphone yang salah satunya adalah merupakan mic condeser, mic jenis ini butuh tenaga tambahan untuk membuatnya bekerja. Untuk itulah tombol 48v phantom berfungsi yang bila diaktifkan akan mengirim 48v DV ke microphone sebagai penyuplai tenaga, atau juga ke DI Box aktif.
Perhatikanlah baik-baik, karena pada beberapa mixing console tidak terdapat switch phantom secara individual, melainkan hanya terdapat satu tombol saja untuk mengaktifkan phantom bagi seluruh channel, maka periksalah terlebih dahulu, bila semua kabel yang terkonek ke konsole adalah merupakan input balance, ini tidak akan menimbulkan masalah. Tetapi bila salah satu atau beberapa diantaranya merupakan tidak balance, maka ini akan menimbulkan masalah.

PAD
Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, tombol ini berfungsi untuk mengurangi gain input dari 20 samapi 30db. Tombol ini bukan merupakan tombol putar yang bisa diatur pengurangannya, melainkan tombol tekan. Bila tombol PAD ditekan gain input akan berkurang antara 20 sampai 30db tergantung mixer (baca:manual booknya). Dan bila anda kurang teliti, ini akan menyebabkan mic jadi tidak terdengar karena pengurangan tersebut. Jadi tombol PAD diperlukan hanya untuk signal yang overload. Dan itupun bila setelah dikurangi pada tombol gain ternyata masih tetap terlalu kuat.

Reverse
Adalah untuk membalikan phase. Pada setiap masukan selalu terdiri minimal lebih dari satu sambungan. Misalnya microphone yang dengan konektor XLR pasti terdapat tiga pin (pin1-ground, pin2-hot/positif, pin3 cold/negatif). Bila salh satu pin terbalik (pin2 dan pin3), maka suara yang dihasilkan akan berbeda. Ini sangat terasa bila terjadi pada channel kick drum. Yang kalau pin berada pada posisi benar, maka pada saat kick dihentak, konus speaker akan bergerak kedepan dan menghembuskan udara ke arah anda bukannya ke belakang. Sedang kalau pin terbalik, konus akan bergerak ke belakang dan menghisap udara dari arah anda.
Untuk itulah tombol reverse berguna, yang bila diaktifkan akan membalik phase dari channel (positif menjadi negatif). Ini juga berguna untuk kasus dua buah mic dengan posisi sangat berdekatan sehingga terjadi canceling phase, yang akan mengakibatkan sound terdengar hampa (dengan kehilangan suara rendahnya). Hal ini sering terjadi bila anda tidak teliti terhadap semua plus minusnya kabel. Dan jangan cepat panik bila saat anda setting disuatu tempat, anda mendengar nada rendah yang terlihat loyo, bisa terjadi dikarenakan keterbalikan phase tersebut.
Sebagai contoh sederhana : hubungkan output dari cd player ke mixing console. Dan dengarkan suaranya dengan seksama. Kemudian tekanlah tombol reverse dari salah satu channel. Dngarkan lagi suaranya. Pasti salah satunya lebih baik.

Mic/line
Switch tekan ini untuk merubah sirkit gain control. Tergantung apakah yang menjadi input adalah mic, effect return atau tape deck/CD. Pada banyak mixing console terdapat terminal input yang terpisah antara mic dan line input pada channel yang sama. Input mic biasanya menggunakan tipe konektor balans 3 pin XLR atau kadang biasa disebut jack Canon. Sedangkan line input menggunakan jack seperti yang biasa dipakai jack gitar.
Hal ini memungkinkan untuk mencolokkan dua input yang berbeda dalam satu channel, dan switch ini untuk mengaktifkan salah satu input yang kita inginkan diantara keduanya.
Sebagai contoh, anda dapat mencolokkan effect return dngan gain yang diset rendah pada mic input kemudian mencolokkan lagi tape deck pada line input channel yang sama. Pada saat band sedang show dan tape deck tidak dibutuhkan, anda tinggal men-switch tombol tersebut pada posisi mic. Kemudian pada saat band telah selesai dan butuh playback musik dari tape deck/CD, anda juga tinggal men-switchnya pada posisi line. Ini bisa dilakukan untuk menghemat channel, khususnya apabila console yang digunakan tidak terlalu besar.

High Pass filter
Akan memotong frekuensi rendah dari input yaitu dari 80 Hz ke bawah. Ini dapat diaktifkan (IN) bila dari sumber suara tidak memproduksi suara dengan jangkauan frekuensi serendah itu. Misalnya Hi-Hat, vokal, gitar (khususnya akustik).
Namun tidak perlu diaktifkan (OUT) terhadap channel drum (kick dan beberapa tom) dan bass gitar. Karena bila diaktifkan akan mengakibatkan channel tersebut kehilangan frekuensi rendahnya.

EQ In/Out
Merupakan switch sederhana untuk mengaktifkan dan menon-aktifkan section EQ pada channel. Juga berguna untuk membandingkan sound yang telah diEQ hanya dengan menekan tombol tersebut bolak-balik.

Group Assigns
Disebut juga Subgroup Assigns
Hanya terdapat pada mixing console yang memiliki group. Misalkan pada mixing console tersebut tertulis 16/2 berarti 16 channel 2 output (L/R). Ini menunjukkan bahwa mixing console tersebut tidak memiliki group. Namun bila tertulis 16/4/2, ini berarti mixing console tersebut memiliki 16 channel, 4 group dan 2 master L/R.
Group assigns adalah yang menentukan kemana signal channel akan dikirim. Apakah ke group atau ke master L/R. Misalnya dalam sebuah mixing console yang memiliki 4 group, kita dapat mengirim semua channel drum ke group 1, gitar dan bas ke group 2, keyboard ke group 3 dan vokal ke group 4. Sedangkan bila tersedia 8 group, kita dapat melakukan hal yang sama namun semuanya dalam stereo. Yang kemudian seluruhnya dikirim ke master L/R.
Mungkin akan timbul pertanyaan, sepertinya ini tidak begitu berarti, karena akhirnya seluruhnya dikirim juga ke master L/R. Bukankah lebih baik mengatur langsung dari master?
Tapi dalam kenyataannya tidak begitu. Misalnya pada saat soundcheck kita telah membalans dan menyeimbangkan seluruh channel dan kemudian kita gabungkan dengan bass gitar dalam group 1-2. Pada saat pertunjukan sedang berlangsun, kita hanya perlu mengawasi group 1-2 saja untuk mengontrol level keseluruhan channel drum dan bass. Begitu juga dengan backing vokal atau instrument yang kita gabungkan dalam group yang sama.
Sebagian besar group assigns juga dilengkapi dengan pan control individual.
Menggunakan group akan sangat membantu kita mengoperasikan system pada penampilan live. Signal dari channel dapat dikirim ke group mana yang kita mau atau juga dikirim ke master. Misalnya kita kirim channel penyanyi utama ke master L/R sedang channel dari backing vokal ke group yang kemudian di-insert gate hanya untuk group tersebut. Dan masih banyak kemungkinan lain.

PFL dan SOLO
Tombol PFL (Pre Fade Listening) akan membantu untuk mendengar (melalui headphone) channel yang tombol PFL / SOLOnya diaktifkan. Juga untuk men-check gain signal pada channel. Misalnya pada saat soundcheck, sebelum membuka fader dari channel, tekan tombol PFL, maka pada led indikator channel akan terlihat seberapa besar gain input yang masuk (apakah overload atau terlalu kecil) sebelum suara dikirim ke seluruh system.
Pada beberapa tipe mixing console terdapat hanya tombol SOLO yang berguna pada saat soundcheck dan berfungsi untuk mengirim hanya channel yang ditekan tombol solonya ke master L/R.
Ingat! Pastikan tombol ini dalam posisi out sebelum band mulai bermain. Atau ini akan menjadi hal yang sangat memalukan.

Auxiliary Sends
Dari tombol putar ini dapat dikirim signal dari channel tersebut keluar mixing console (melalui terminal aux out pada terminal keluaran di panel belakang mixer), kemudian dari tombol ini juga dapat dikontrol level signal yang dikirimnya tadi. Signal yang dikirim ini terpisah sama sekali dari keluaran master. Ini berguna untuk mengirim signal ke system monitor, atau juga ke berbagai macam unit effec, dan dari keluaran effect dikirim lagi ke channel yang berbeda pada mixing console.
Mixer yang pling sederhana sekalipun sedikitnya memiliki satu atau dua AUX SEND. Satu untuk mengirim signal ke monitor dan satu untuk mengrim effect (echo, reverb). Sedang pada mixing console yang lebih besar memiliki 4-6 atau 8 aux send yang kemudian dibagi lagi atas Pre Fade atau Post Fade.

Pre Fade
Pada mixer besar umumnya terdapat auxiliary yang terbagi atas pre fade dan atau post fade. Signal yang dikirim dari Pre fade tidak mengalami pengaruh dari channel atau belum mengalami proses dari channel. Itulah makanya Pre fade yang Pre EQ baik dan ideal digunakan untuk mengirim signal ke monitor section.

Post Fade
Adalah kebalikan dari pre fade. Yang semua signal yang dikirim melalui post fade adalah telah melalui proses dari channel atau ikut pengaruh dari channel fader, baik EQ maupun levlnya. Post fade sering digunakan untuk mengirim signal ke effect, atau mengirim signal ke mixer yang tepisah untuk keperluan broadcast (Stasiun TV atau Radio), dll. Tidak ada keterikatan dalam pemilihan penggunaan Auxiliary Send. Bisa saja menggunakan Pre fade untuk mengirim signal ke effect karena akan mendapatkan level original dariminput. Hanya saja tetap harus melakukan pengontrolan level dari effect pada saat yang bersamaan.

Auxiliary Master
Setiap auxiliary dari channel memiliki satu tombol lagi sebagai pengatur level untuk keseluruhannya. Misalnya aux 1 setiap channel memiliki master aux 1 untuk mengatur seluruh level dari aux 1 setiap channel. Begitu juga auxiliary lainnya. Yang berarti bila mixer meiliki 4 auxiliary out, maka akan terdapat 4 auxiliary master. Perhatikan beberapa tombol sejenis seperti Aux Master, Effect Master, Monitor Master, atau sesuatu yang kurang lebih adalah berfungsi sama. Untuk pen-settingan awal putar tombol tersebut pada posisi jam 2, baru lakukan pen-settingan pada channel. Bila ternyata masih kurang kuat, tambah lagi, atau bila terlalu keras, kurangi. Semuanya tergantung situasi.

Auxiliary Return
Signal yang telah dikirim melalui auxiliary out ke unit effect apakah Delay, Reverb atau lainnya akan dikirim kembali ke mixing console untuk digabungkan dan diseimbangkan secara tepat dengan level dari signal orisinil source tadi. Walupun cukup banyak juga mixing console yang memiliki pengaturan effect return secara khusus. Yang biasanya bukan dalam bentuk slider (potensio geser). Bila memang masih terdapat channel yang dapat digunakan sebagai masukan effect, kita dapat melakukan pegaturan sengan slider yang lebih memudahkan seperti melakukan pengaturan pada channel standard. Namun pengaturan dengan aux return juga sama seperti yang kita lakukan pada channel, hanya dengan memutar ke arah kanan dan kiri untuk menambah dan mengurangi level effect.
Perhatikan! Bila anda membuka sedikit saja Aux Send dari channel yang telah digunakan sebagai effect return, akan berakibat feed back dan noise. Atasi segera dengan menurunkan level dari channel, kemudian periksa Aux Send pada channel.

Tampak Belakang
Adalah menjadi salah satu yang sangat-sangat penting untuk dipehatikan. Karena disinilah seluruh kabel (baik input maupun output) terhubung. Termasuk dari snake kabel, tape deck/CD, atau juga untuk mengirim atau mnerima effect (send/return), sampai ke main output (untuk mengirim ke seluruh system utama).
Berbeda tipe dan merk mixing console akan berbeda pula posisi panel belakangnya (yang kalau anda teliti pasti tidak akan terlalu membingungkan).
Untuk setiap cahnnel terdapat terminal masukan mic yang biasanya terdiri dari konektor XLR. Namun ada lagi beberapa lainnya sebagai berikut :
line input
masukan selain masukan mic, namun terpisah (biasanya dengan jack gitar balance/TRS).
Insert
Digunakan untuk mengolah signal melalui effect seperti Gate, Compressor atau EQ hanya untuk channel yang diinsert saja, berfungsi bila kita ingin menggunakan effect atau apapun untuk memproses hanya satu channel saja yang kita inginkan. Karena insert adalah jalur untuk mengalirkan dan menerima kembali signal yang telah diproses oleh effect atau perangkat apapun. Bila terdapat dua berarti satu untuk masukan (IN) dan satu untuk keluaran (OUT) yang selalu diberi tanda untuk tulisan Insert In dan Insert Out, bila terdapat hanya satu, ini pasti terdiri dari jack balance TRS (Tip Ring Slave). Tip adalah sebagai IN, Ring adalah sebagai OUT, dan Slave adalah sebagai GROUND.
Selain itu juga terdapat line out atau direct out tersendiri, yang sering digunakan untuk aplikasi rekaman per-track, ini bisa saja Pre Fade atau Post Fade, tergantung consolenya.
Pada section master terdapat beberapa terminal lagi seperti : Auxiliary Out yang biasa tertulis Aux snd 1, Aux send 2, dst. Atau juga dengan nama Effect Out, Monitor Out, tergantung apa yang tertulis pada tombol-tombol panel pengontrolnya. Setiap group mempunyai kluaran masing-masing dan selalu dilengkapi dengan insert group. Insert Group bisa digunakan bila kita hanya ingin memproses signal di goup tersebut. Misalnya semua channel vokal dikiim ke group 1, kemudian kita men-insert compressor hanya untuk group satu yang berisi vokal.
Banyak console yang didalamnya terdapat power supply. Tapi banyak juga yang menggunakan power supply terpisah, menggunakan multi pin yang terkoneksi ke console. Perhatikan voltase yang dibutuhkan untuk menyalakannya sebelum mencolokkan k listrik. Terminal keluaran untuk Master kanan dan kiri terdiri dari konektor XLR atau jack. Namun juga tidak jarang terdiri dari keduanya. Selain itu juga terdapat keluaran mono yang terpisah adalah penggabungan dari keluaran (kiri/kanan) yang juga dilengkapi dengan pengontrolan sendiri.
Mungkin akan terdapat banyak sekali terminal pada panel belakangnya. Untuk itu sebaiknya perhatikan lebih teliti atau baca buku petunjuknya lebih dulu.

mastering audio

PERSIAPAN SOFTWARE

Software-software yang dibutuhkan untuk membuat sebuah lagu ialah Nuendo, Cubase, Fruity Loops, Pro Tools, Sonar, Sony Soundforge, Wavelab, dan masih banyak software-software audio lainnya.


NUENDO

Ialah software yang memiliki banyak plugin audio, tetapi software ini lebih baik dalam pengambilan/take audio dari drum, bass, gitar, keyboard, vocal, dan instrument lainnya. Selain untuk merekam suara, software ini juga berfungsi lebih cenderung untuk pengeditan audio, seperti mixing. Software Nuendo ini juga sebenarnya sudah sangat lengkap hanya saja cukup sulit apalagi untuk pemula jika ingin membuat drum midi dan mastering. Jadi untuk membuat drum midi dan mastering lebih baik beda software. Dan kelebihan Nuendo ialah support dengan berbagai macam soundcard.



CUBASE

Tidak jauh dengan Nuendo, semua fiturnya sama, hanya saja ada sedikit yang berbeda pada plugin Cubase dengan Nuendo. Lebih cenderung ke file-file audio, karena dalam format video Cubase saat ini kurang focus. Cubase juga support dengan macam soundcard. DOWNLOAD CUBASE 5 DI SINI.



PRO TOOLS

Suatu software yang berbeda dengan Nuendo dan Cubase, Pro Tools membutuhkan soundcard yang khusus, yaitu DigiDesign yang harganya berkisar dari 3 juta-25 juta rupiah lebih. Kelebihan Pro Tools lebih banyak daripada Nuendo dan Cubase, Error atau masalah pada saat take jarang terjadi, Pro Tools juga tidak terlalu membebani kerja prosessor dan memori computer. File audio Nuendo dan Cubase bisa dibuka di Pro Tools tetapi file Pro Tools tidak bisa dibuka di Nuendo dan Cubase. Kualitas suara sebenarnya sama saja dengan Nuendo dan Cubase tergantung dengan soundcard yang digunakan dan operator yang handal dalam segala hal dari pengambilan suara awal atau pengaturan mixer, mixing sampai mastering.



FRUITY LOOPS

Software yang lebih focus terhadap suara-suara midi. Dengan software ini anda dapat membuat drum midi dengan mudah dan bisa memilih berbagai macam suara drum sesuai selera anda. Misal suara snare drum, di Fruity Loops suara snare drum sangat banyak tergantung jenis aliran apa dan tergantung selera anda. Software ini juga bisa take audio tetapi sangat sulit dalam proses mixingnya. Biasanya Fruity Loops kalau bukan pemanfaatan drum midinya software ini juga untuk metronome, karena metronome yang ada di fruity loops lebih stabil dibandingkan software lainnya seperti Nuendo, Cubase, Pro Tools, dll.



WAVELAB

Software yang sangat penting dalam proses mastering, audio yang suaranya masih rendah dimastering dengan plugin-plugin yang ada di wave akan menjadi besar. Tetapi dasar plugin atau standar plugin yang harus digunakan untuk mastering di wavelab belum ada di wavelab sendiri. Jadi anda harus mendownloadnya, plugin yang digunakan untuk mastering ialah PSP VINTAGE METER untuk kalibrasi dan monitoring audio dan plugin TLS ONE untuk menaikkan suara atau gain.



PROSES AWAL, PROSES TRACKING

LANGKAH-LANGKAH



TRACKING

1. Gunakan software Nuendo, Cubase, Pro Tools, Audition atau yang lainnya. Tapi kita coba pakai Nuendo dulu saja. Karena softwarenya mudah didapat dan support dengan macam-macam soundcard.

2.Settinglah dalam hal ini anda sedang Instrumen, setinglah volume Instrumen anda. Anda harus banyak melakukan eksperimen atau percobaan, berapa yang baiknya untuk menyetel suara volume pada Instrumen anda. pada gitar, beda gitar beda suara yang disebabkan beda pick up atau biasa disebut spull.

3.Untuk menggunakan software atau effect gitar asli, jika menggunakan software contohnya software Guitar Rig maka ada baiknya anda beli hardware Guitar Rignya juga, karena kalau hanya pakai softwarenya saja dijamin pasti suaranya pecah pada saat mastering. Kalau menggunakan effect eksternal, Carilah effect yang bagus yang noisenya sedikit dan suaranya bulat, sesuaikan volume effect anda, dalam hal ini anda juga harus banyak percobaan dalam mengatur volume pada effect anda, dan ingat preamp pada computer atau audio di computer jangan pernah diubah-ubah, biarkan settingannya pada 0 db agar tidak terjadi noise atau peak.

4.Ada banyak cara atau biasa disebut skema dalam proses pengambilan suara. Ada yang dari Instrumen lalu dihubungkan ke pre amp lalu dihubungkan ke line in computer langsung. Ada juga dari Instrumen dihubungkan ke sound yang besar lalu taruh di depannya mic, baik di depan sound, di samping sound, agak jauh dari sound, atau dibelakang sound dan dari mic itu baru dihubungkan ke line in computer langsung. Dalam hal ini tergantung pilihan anda dan kreatif anda serta percobaan anda dalam mencari kualitas sound atau rekaman yang baik, baik mixing sampai mastering.



PROSES EDITING DAN MIXING

1.Satu persatu anda dengarkan audio mana yang hasil takenya kurang bagus atau ada yang fals, bila nada fals anda bisa menggunakan pitch shift untuk memperbaiki nadanya. Jika sound gitar anda rasa kurang dapat seperti yang anda inginkan, anda bisa mengedit dengan equalizer yangt telah disediakan software atau anda gunakan plugin tambahan pada sound Instrumen.

2.Jika anda kesulitan untuk take Instrumen drum, mungkin karena kemahalan membeli sebuah drum yang bagus dan soundcard khusus drum yang harganya memang cukup mahal, anda bisa memanfaatkan software Fruity Loops. Setelah anda membuat take Instrumen drum pada Fruity Loops, anda bisa memindahkannya ke Nuendo bersama take Instrumen gitar yang telah anda buat.

3.Banyak sekali kesalahan-kesalahan take dapat anda edit di Nuendo (dalam hal ini), Dari mencopy file, memotong audio yang tidak perlu, membuat fade out/suara yang semakin lama semakin menuju rendah, atau fade in/suara yang menuju keras. Mengedit suara kiri suara kanan atau left and right yang akan membuat audio lebih terasa nuansa stereonya. Cukup anda coba-coba dan anda ingat masing-masing fitur yang telah disediakan software.

4.Mixing, penyelarasan suara, proses mixing ini sangat penting karena lagu enak didengar atau tidaknya sebagian besar dari mixingan anda. Jangan suara vocal menutupi suara gitar dan drum atau juga sebaliknya suara vocal tidak terdengar jelas karena tertutup distorsi gitar yang tinggi atau gain drum yang tinggi. Yang paling sulit itu mixing drum antara snare drum, kick, hit-hat, cymbal. Dalam hal ini anda harus lebih-lebih sering melakukan pengamatan dan ujicoba, jangan lupa dengarkan lagu-lagu yang sudah jadi sebagai bahan referensi anda dalam mixing sebuah lagu, gunakan telinga anda sebaik-baiknya.



PROSES MASTERING

Jika lagu yang anda mixing sudah sesuai menurut telinga anda, tetapi masih kurang besar gainnya, maka gunakanlah software wavelab (dalam hal ini) atau yang lainnya. Aturlah gain yang ada pada wavelab dan gunakanlah plugin-plugin yang bersifat memfilterisasi audio dan jangan lupa juga pasanglah monitoring audio untuk mencegah suara peak atau lebih dari 0 db. Bila anda rasa sudah cukup dengan hasil mastering, maka batch proseslah dan save/simpan dalam format wav maupun mp3.